RIWAYAT HIDUP
ELVAN
SETIAWAN.Penulis
dilahirkan pada tanggal 9 juni 1989 di
Palembang, anak
pertama dari 2 bersaudara pasangan dari Ayahanda Thamrin dan Ibunda Sidarmawati. Pendidikan formal yang pernah ditempuh
penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) Persit Candra
Kirana Bengkulu pada
Tahun 1995,
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kaur Tengah tamat
pada tahun 2001, lalu
melanjutkan ke SMP 1 Kaur Tengah tamat
pada tahun 2004,
setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 3 Kaur Tengah dan tamat pada tahun 2007. Setelah itu penulis melanjutkan ke D.III
Keperawatan Universitas Ratu Samban Bengkulu Utara. Dalam rangka menerapkan
ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan, maka penulis menyusun karya
tulis ilmiah dengan judul “ Gambaran kejadian katarak ditinjau dari umur
dan jenis kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Air Lais Bengkulu
Utara Tahun 2012” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Ahli Madya Keperawatan di D.III
Keperawatan Universitas Ratu Samban.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius
karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan.Menurut WHO pada tahun 2008 katarak
merupakan penyebab kebutaan yang paling utama didunia sebesar 48 % dari seluruh
kebutaan yang ada didunia.Diindonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan
indera 2004-2005 , katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52
%.( Depkes RI, 2008 )
Kebutaan merupakan bencana nasional, Sebab kebutaan
menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada
kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan
pendidikan orang buta. Berdasarkan survei nasional tahun 2008,angka kebutaan di
Indonesia mencapai 40 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama
dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia. (
http:www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid ).
Masalah
kebutaan di Indonesia yang sudah mencapai 40 % tidak hanya menjadi masalah
kesehatan,namun sudah menjadi masalah sosial,swasta dan partisipasi aktif dari
masyarakat. Tanggal 18 februari 2008 WHO mencanangkan komitmen global vision
2020 : the Right to Sight yang
penglihatan dan kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah melalui
rehabilitasi.Pencanangan itu berarti pemberian hak bagi setiap penduduk didunia
termasuk indonesia untuk mendapatkan penglihatan yang optimal 2020.( http:www.depkes.go.id/index.php?option=new7task=viewarticle&sid)
Penyakit
katarak adalah masalah yang serius dan penyakit ini merupakan salah satu
penyebab kebutaan terutama di negara Indonesia. Dari tahun ke tahun penyakit
katarak selalu meningkat. Maka dari itu, untuk menghadapi hal ini perawat
dituntut untuk dapat menanggulangi perawatan pada pasien katarak secara tepat dan
benar. Lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina.
Katarak
adalah suatu keadaan dimana lensa tidak bisa menerima cahaya dari luar. lensa
kristalina yang normalnya jernih.biasanya terjadi akibat penuaan tapi dapat
timbul pada saat kelahiran ( katarak kongital ).( Brunner dan Suddarth :KMB vol
3).
Kejadian
katarak lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki karena pada wanita
terjadi monopause,saat itu biasanya ada gangguan hormonal sehingga ada jaringan
tubuh yang mudah rusak.( Brunner & Suddarth ).
Katarak
merupakan penyakit tidak menular tapi dapat menyerang siapa saja,katarak banyak
terjadi pada umur diatas 40 tahun, dan faktor resiko penyebab katarak adalah
umur dan jenis kelamin. Katarak lebih tinggi terjadi pada wanita di banding
pada pria. Katarak di Indonesia merupakan salah satu penyebab kebutaan,di
perkirakan setiap tahun meningkat 210. 000 orang. pada tahun 2009 tercatat sekitar 40 % yang
menderita penyakit katarak.(
SKRT- SURKERNAS 2009 )
Berdasarkan
catatan Medical record RSUD Dr.M Yunus bengkulu tercatat priode januari sampai
Desember 2009 terdapat 45 orang penderita katarak.( Dinkes Provinsi Bengkulu
2011 ).
Pasien
katarak yang sudah melakukan operasi di RSUD Argamakmur tahun 2009 berjumlah 23
pasien,12 orang perempuan dan 11 orang laki-laki.rata-rata pasien berumur
diatas 50 tahun.
Dikecamatan
padang jaya wilayah kerja puskesmas Air
lais,berdasarkan data puskesmas tahun 2011 - 2012 terdapat 34 orang pasien
katarak yang sudah melakukan operasi di RSUD Argamakmur,23 orang laki-laki dan
11 orang perempuan.sebagian besar diatas umur 50 tahun.
Dari survei
awal peneliti di desa Lubuk Banyau di
ketahui ada 10 orang pasien katarak, di Desa Marga sakti tedapat 6 oarang
pasien katarak dan di Desa Tanah Hitam terdapat 4 orang pasien.
Berdasrkan
data puskesmas Air lais dan hasil survei peneliti, maka pasien penderita
katarak di puskesmas Air lais berjumlah 54 orang. 33 orang laki-laki dan 21
orang perempuan,dan rata – rata umur pasien diatas 50 tahun.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat peneliti
“Bagaimana gambaran kejadian katarak ditinjau
dari umur dan jenis kelamin pasien di Puskesmas Air lais?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran kejadian katarak ditinjau dari umur dan jenis kelamin
pasien di Puskesmas Air lais.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui angka kejadian
katarak di Puskesmas Air Lais
2012
b. Untuk mengetahui kejadian katarak
ditinjau dari umur pasien di
Puskesmas Air Lais
c. Untuk mengetahui kejadian katarak ditinjau dari jenis kelamin di
Puskesmas Air Lais
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan ,dan pengalaman yang berharga
bagi peneliti tentang penyakit katarak
2. Untuk Akademik
Hasil penelitian ini dapat di
gunakan sebagai bahan bacaan, sumer pustaka tentang penyakit katarak bagi
mahasiswa-mahasiswi.
3. Untuk peneliti lain
Hasil penelitian ini
dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya
4. Bagi keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek
keperawatan medikal bedah terutama dalam program kesehatan penyakit tidak
menular.
5. Bagi pembaca
Untuk menambah dukungan bahwa hasil penelitian yang dibuat memberikan
informasi yang sesuai dengan teori yang ada.
E.
Keaslian penelitian
Sepengetahuan
peneliti, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan dipuskesmas air lais.
Akan tetapi ada yang menyerupai dengan penelitian yang ingin diteliti yaitu :
1. Herna Hotasoit 2008,Prevalensi kebutaan
akibat katarak di Kabupaten Tapanuli selatan. Hasilnya adalah subyek yang dapat
diperiksa secara lengkap sebesar 95 % dari semua target , Prevalensi katark
dikabupaten tapanuli selatan adalah 31,7% .Faktor – faktor yang berperan dalam
kejadian katarak antara lain faktor usia suku dan letak geografis. Bedanya
dengan penelitian ini adalah rumusan masalah,variabel, populasi dan sample
penelitian.
2. Tri ismu pujianti 2004, Faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap kejadian katarak senelis di kota semarang.hasilnya
adalah terdapat enam variabel yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian
katarak yaitu umur ≥66 tahun,pola konsumsi protein hewani 2-3 kali perminggu,
pekerjaan diluar gedung, kebiasaan merokok, pendidikan rendah dan pola konsumsi protei nabati.bedanya dengan penelitian ini
adalah rumusan masalah,variabel,sampel dan tempat penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Katarak
1. Pengertian Katarak
Katarak adalah
suatu keadaan dimana lensa tidak bisa menerima cahaya dari luar. lensa
kristalina yang normalnya jernih.biasanya terjadi akibat penuaan tapi dapat
timbul pada saat kelahiran ( katarak kongital ). ( Brunner dan Suddarth :KMB vol 3).
Katarak adalah
setiap keadan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa,denaturasi protein lensa,atau akibat kedua-duanya.(Fakultas
Kedokteran UI : 2001 ).
Katarak
adalah keburaman atau kekeruhan lensa. Lensa normalnya transfaran dan dilalui
cahaya melalui retina. Saat kekeruhan, terjadi kerusakan penglihatan (Barbara
Engram 2000: 490).
Katarak
adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa. Denaturasi protein lensa atau akibat kedua‑duanya
yang disebabkan oleh berbagai keadaan (Sidarta. 1, 2004 )
Dari
beberapa pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa katarak adalah suatu
kekeruhan lensa akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein,sehingga
menimbulkan kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur kabur dan
akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
2. Anatomi Fisiologi Mata
a. Pengertian mata
Mata(indra
penglihatan) adalah salah satu indera manusia yang sangat penting. Mata
berfungsi sebagai indera penglihatan yang menerima rangsangan berkas-berkas
cahaya pada retina dengan perantara serabut-serabut nervus optikus,
menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk di
tafsirkan(Syarifudin. B. Ac, 2001 :186)
b. Bagian-bagian mata
1) Alis
Dua potong kulit tebal
yang melengkung ditumbuhi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung mata dari
sinar matahari yang sangat terik sebagai alat kecantikan.
2) Kelopak mata
Terdiri dari dua bagian
yaitu: kelopak mata. atas dan kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung
mata sewaktu‑waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).
3) Lensa
Adalah sebuah transparan
bikonvek (cembung depan belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan lensa
terletak persis di belakang iris, membrane yang dikenal sebagai ligamentum
suspensoriun terdapat di depan/maupun di belakang lensa itu yang berfungsi
untuk mengaitkan lensa itu pada badan siliad. Bila ligamentum suspensorium
mengendor maka lensa mengerut dan menebal sebaliknya bila ligament menegang
lensa menjadi gepeng. Mengendornya lensa dikembalikan oleh kontraksi otot
siliari.
Fungsi utama lensa
adalah memfokuskan cahaya yang datang dad jauh otot‑otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula. dan memperkecil diameter Artero Posterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil sehingga berkas cahaya parallel akan terfokus ke
retina (Pearce. E. C, 1999 : 317‑318).
4) Sklrea
Adalah lapisan fibrous
yang elastis yang merupakan bagian penting dari bola mata dan membentuk bagian
putih mata. Bagian depan sklera tertutup kantung konjungtiva, sklera melindungi
struktur mata yang sangat halus serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
5) Koroid
Adalah selaput yang
tipis dan lembab merupakan bagian belakang Tunika Vaskulosa fungsinya
memberikan nutrisi pada Tunika. Korodi atau lapisan tengah berisi pem'buluh
darah yang merupakan ranting‑ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria
karotis interna.
6) Retina
Adalah lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut
yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut. Retina merupakan jaringan
sangat halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju Diskus Optik yang
merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.
7) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang
putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan
tepi adalah Epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
8) Iris
Adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khorid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos.
Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil. Sementara kelompok lain melebarkan
ukuran pupil itu. Fungsi dari iris adalah untuk mengatur cahaya yang masuk ke
dalam mata.
9) Bilik posterior
Terletak diantara iris dan lensa baik bilik artedor maupun bilik
pasterior diisi dengan Aqueus Humor.
10) Bilik Arterior
Terletak diantara kornea
dan iris.
11) Pupil
Merupakan bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam
iris.
12) Aqueus Humor
Cairan ini berasal dari
Badan Siliari dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris
dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm.
13) Korpus Siliaris
Merupakan lapisan yang
tebal terbentang mulai dari Ora Serata sampai ke iris.
14) Iterus Humor
Daerah sebelah belakang
biji mata mulai dari lensa hingga retina diisi dengan cairan penuh albumen
berwarna keputih‑putihan seperti agar‑agar yaitu humor vitreus. Humor vitreas
berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata serta mempertahankan
hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan slderotik. (Pearce. E. C, 2002).
Untuk lebih jelas lihat
pada gambar di bawah ini :
3. Saraf‑saraf yang terdapat pada mata
Saraf-saraf pada mata yaitu :
a. Nervus Optikus
Sifatnya
sensoris mensarafi bola mata membawa rangsangan penglihatan ke otak.
b. Nervus Okulomotoris
Sifatnya motoris
mensarafi otot‑otot orbital (otot penggerak bola mata).
c. Nervus Troklearis
Sifatnya motoris dan
mensarafi otot‑otot orbital. Fungsi dari Nervus Troklearis yaitu sebagai saraf
pemutar mata.
d. Nervus Optalmikus
Sifatnya sensorik
mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata, atas, selaput lendir kelopak
mata dan bola mata.
e. Nervus Abdusen
Sifatnya motoris
fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata. (Syaifuddin, B, Ac, 2001).
4. Patofisiologi
Lensa yang
normal adalah struktur posterior iris yang jernih,transparan berbentuk seperti
kancing baju,mempunyai kekuatan refraksi yang besar.lensa mengandung tiga
komponen anatomis.pada zona sentral terdapat nuclus dan posterior.dengan
bertambahnya usia,nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan.Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan
posterior nucleus.opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katark yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi.perubahan pada serabut
halus multiple ( zonula ) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah
diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan
kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan koagulasi,sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalanya cahaya ke retina.salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedala lensa.proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu lensa transmisi sinar.teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi,jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia.Katarak biasanya
terjdi bilateral,namun mempunyai kecepatan yang berbeda,dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemis,seperti diabetes dan hipertensi.namun
sebenarnya katark merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.(
Brunner & Suddarth,2002).
5. Klasifikasi
a. Katarak Kongenital
Katarak
kongenital merupakan kekeruhan lesan yang didapat sejak lahir dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intra uterin, letak kekeruhan sangat
tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa. Terlihat
segera setelah bayi lahir sampai berusia satu tahun. Katarak ini terjadi karena
gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan dan
gangguan metabolisme oksigen. Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan
sehingga sel‑sel atau serat lensa masih muda dan berkonsistensi cair, untuk
mengetahui penyebab katarak congenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimoster pertama dan pemakaian obat
selama kehamilan. (Sidarta I, 2004 ).
Bentuk‑bentuk
katarak kongenital yang dikenal adalah :
1)
Katarak
Polar (Piramidalis) Anterior
Katarak polar atau piramidalis
anterior terjadi akibat gangguan perkembangan lensa pada saat mulai
terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ini apabila ibu dengan kehamilan kurang dari
3 bulan terdapat infeksi virus, maka amnionnya akan mengandung virus.
Gambaran klinis yang akan terjadi
ialah adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan
objektifakan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnya jaringan fibrosis
di dalam bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa
terletak di polus di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar
anterior ini tidak progresif.
Pengobatan dilakukan bila
kekeruhan mengakibatkan tidak terlihatnya fundus okuli. pada pemeriksaan funsus
bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan adalah disisio lentis atau suatu
ekstraksi linier
2)
Katarak Polar (Piramidalis) posterior
Katarak. ini terjadi akibat
arteri hialoid yang menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhkan lagi oleh
lensa untuk metabolismenya.
Ibu bayi akan melihat adanya
leukokoria pada mata tersebut. Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di
dataran belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi akan terlihat
serat sisa arteri hialoid yang menghubungkan lensa bagian belakang dengan pail
saraf optik. Adanya arteri Iiialoid yang menetap ini dapat dilihat dengan
pemeriksaan ultrasonografi.
Bila fundus okuli masih terlihat,
maka tidak perlu tindakan bedah pada katarak polar posterior ini. Bila fundus
okuli tidak tampak, maka dilakukan tindakan bedah iridektomi optik atau bila
mungkin dilakukan lensektomi. Ekstraks! linier ataupun disisio lentis merupakan
kontra indikasi karena akan terjadi tarikan arteri hialoid dengan papil yang
dapat mengakibatkan ablasi retina.
3) Katarak Lamelar atau Zonular
Bila pada permulaan perkembangan
serat lensa normal dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat, maka akan
terlihat kekeruhan serat lensa pada suatu zona serat di dalam lensa. Biasanya
perkembangan serta lensa selanjutnya normal kembali sehingga nyata terlihat
adanya gangguan perkembangan lensa tersebut.
Katarak lamellar ini bersifat
herediter yang diturunkan secara dominan dan biasanya bilateral. Tindakan
pengobatan atau, pembedahan dilakukan bila fundus okuli tidak tampak pada
pemeriksaan funduskopi.
4) Katarak Sentral
Katarak sentral merupakan katarak
halus yang terlihat ada bagian nukleus. Katarak ini terdapat pada 80% orang
normal dan tidak mengganggu, tajam penglihatan.
Tindakan
pengobatan pada katarak sentral adalah operasi. Operasi dapat dilakukan pada
usia 2 bulan atau lebih atau bila telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan
bedah adalah disisio lensa.
b. Katarak Juvenil
Katarak
Juvenil adalah katarak yang terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil merupakan
kelanjutan dari katarak kongenital, trauma tindakan bedah yang dilakukan adalah
ekstraksi linier.
c. Katarak Senil
Katarak
senile biasanya mulai timbul pada usia di atas 40 tahun. Pada katarak senile
akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan‑lahan, tajam. penglihatan akan
menurun, secara beranggsur‑angsur. Katarak senila merupakan katarak yang
terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile dapat
dibagi dalam 4 stadium yaitu :
1) Stadium Insipien
Dimana
dimulai timbul katarak akibat proses degenerasi. Kekeruhan yang tidak teratur
pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu
matanya, tajam pengelihatan ganda dengan satu matanya, tajam pengelihatan
pasien belum terganggu
2) Stadium Imatur
Dimana
pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi pembengkakan
lensa yang sebagai katarak intumesen. Akibat lensa yang bengkak iris terdorong
ke depan.
3) Stadium Matur
Merupakan
proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan seluruh
lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam mata sehingga ukuran lensa
akan menjadi normal.
4) Stadium Hipermatur
Dimana
pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa.
d. Katarak Komplikata
Katarak
komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak
koplikata dapat terjadi akibat kelainan sistematik yang akan mengenai kedua
mata.
1.
Katarak
akibat kelainan sistematik
Penyakit
sistematik akan mengenai kedua mata, seperti :
a) Diabetes melitus, akan menyebabkan
katarak pada kedua mata dengan bentuk yang khusus seperti terdapatnya tebaran
kapas atau salju di dalam bahan lensa. Kekeruhan lensa dapat berjalan progresif
sehingga terjadi gangguan penglihatan yang berat. Katarak diabetes merupakan
katarak yang dapat terjadi pada oramg muda akibat terjadinya gangguan
keseimbangan cairan di dalam badan kaca atau tubuh secara akut.
b) Hipoparatirodisme, akan menyebabkan
kekeruhan pada lensa dengan bentuk katarak kortikal posterior pada kedua mata,
katarak ini terjadi akibat gangguan fungsi paratiroid, berjalan progresif
lambat dan mengenai seluruh lensa. Kekeruhan akibat hipoparatiroid ini dapat di
cegah dengan hormone paratiroid dan kalsium.
2.
Katarak
akibat kelainan lokal.
a) Uneitis,
akan menimbulkan katarak kortikal posterior dan katarak pada tempat terjadinya
senekia anterior.
b) Glukoma, dimana pada keadaan tekanan bola
mata sangat tinggi, maka akan terjadi gangguan permiabilitas kapsul lensa
sehingga tetjadi kekeruhan lensa berupa titik‑titik yang tersebar dibawah
kapsul anterior atau terjadi katarak pungtataa disiminata subkapsular anterior
yan disebut sebagai katarak Vogt.
e. Katarak Sekunder
Pada
tindakan bedah lensa dimana terjadi radang yang terakhir dengan terbentuknya
jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai
katarak sekunder. Tindakan bedah lensa yang dapat menimbulkan katarak sekunder
ada sisas disisio lentis, ekstraksi linier dan ekstraksi lensa ekstra
kapsulara, pada sekunder yang menghambat masuknya sinar ke dalam, bola mata
atau mengakibatkan turunnya tajam pengelihatan, maka dilakukan disisio lentis
sekunder (kapsulotomi) pada katarak sekunder tersebut.
f. Katarak Traumatik
Kekeruhan lensa dapat
terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam. yang menembus kapsul anterior.
Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tentang akibat
trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat,
(Sidarta 1, 2004).
6. Manifestani Klinis
Akibat
kekeruhan lensa maka pengelihatan berangsur‑angsur berkurang mula dengan kabur
yang pada katarak matur retina hanya dapat mengenal adanya sinar yang datang.
Bila tidak diobati maka mata akan buta sama sekali.
Pada
pupil akan terlihat gambaran kekeruhan lensa yang biasanya berwarna putih. Warna
pupil dapat berwarna sedikit kekuning‑kuningan. Penglihatan malam atau pada
penerangan penerangan kurang sangat menurun. Pada penerangan yang keras atau
matahari kuat akan sangat sukar akibat adanya rasa silau. Malam di saat melihat cahaya terang dapat
terlihat adanya halo atau warna pelangi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu mata snellen (tes, ketajaman
pengelihatan dan sentral pengelihatan), kemungkinan terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, atau vireus humor atau penyakit sistem syaraf dan jalan optik.
b. Lapas pengelihatan, penurunan
mungkin disebabkan oleh masa tumor pada hipofisis otak atau gloukoma.
c. Pemeriksaan oftalmoskopi, mengkaji
struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, pendarahan retina dan
pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnosa katarak.
d. GDS, nilai normal 70‑120 mg/dl.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Salah-satunya
penanggulangan katarak adalah dengan jalan operasi atau pembedahan ,dimana lensa diangkat dari mata (ektraksi lensa) dengan prosedur
intrakapsular atau ekstrakapsular.
a.Ekstraksi ekstrakapsular
,pada teknik ini bagian depan kapsul dipotong dan diangkat ,lensa dibuang dari
mata sehingga menyisakan kapsul bagian belakang.lensa intrakuler buatan dapat
dimasukan kedalam kapsul tersebut.kejdian komplikasi setelah operasi lebih
kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
b. Fakofragmentasi ,merupakan
teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran ultrasonik untuk mengangkat
lensa melalui irisan yang kecil (2,5 mm)sehingga mempermudah penyumbuhan luka
pasca operasi. tindakan
operasi dilakukan apabila syarat-syarat sudah terpenuhi, yaitu :
1) Apabilah kekeruhan lensa sudah
mengganggu aktivitas atau pekerjaan sehari-hari.
2) Apabila katarak sudah matur
sebaiknya dilakukan operasi karena apabila pembedahan terlambat dapat
menimbulkan penyakit mata lain yaitu glaukoma.
b. Penatalaksanaan keperawataan
1) Penderita katarak dianjurkan untuk
memakai kaca mata hitam ketika berada diluar ruangan pada siang hari,
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk kedalam mata.
2) Mengontrol penyakit yang berhubungan
dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya
katarak.
(Http///www.jurnal kesehatan.com)
B.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian katarak
1. Umur
a. Pengertian Umur
Menurut
Rifal (1998), umur adalah umur yang dihitung mulai dilahirkan sampai meninggal,
sedangkan menurut Lukman (2001), umur adalah lamanya waktu hidup sejak
dilahirkan/ diadakan.
b. Pengaruh Umur Terhadap Katarak
Penyakit
katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat menggangu penglihatan
dari penglihatan kabur sampai menjadi buta. penyakit katarak di Indonesia banyak terjadi
pada umur di atas 40 tahun
padahal sebagai penyakit yang degeneratif buta katarak umumnya terjadi pada
usialanjut ( SKRT-SURKESNAS 2001).
Salah satu teori menyatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi,jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia. Katarak biasanya terjadi bilateral,namun
mempunyai kecepatan yang berbeda,Kebanyakan katarak berkembang secara kronik
dan matang “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.( Brunner &
Suddarth,KMB vol 3).
Di
Indonesia ,katarak merupakan penyebab utama kebutaan prevalensi buta katarak
0,78% dari prevalensi kebutaan 1,5% pertahun.walaupun katarak merupakan penyakit
usia lanjut ,namun 16-20% buta katarak telah dialami penduduk indonesia pada
usia 40-50 tahun,( Badan Biro Statistik BPS 2004)
Sedangkan di daerah maju seperti Amerika
Serikat (AS), Inggris, dan Jepang, kasus katarak terjadi pada orang berusia 60
tahun. Artinya orang Indonesia lebih awal megidap katarak.
C. Golngan usia menurut WHO
a. Lansia awal ( usia produktif )adalah
kelompok usia 40-44 tahun
b. Usia pertengahan ( midle age ) adalah
kelompok usia 45-59 tahun
c. Lanjut usia ( alderly ) adalah antara 60 – 74
tahun
d. Lanjut usia tua ( old ) adalah antara 75 _ 90
tahun
e. Usia sangat tua ( very old ) adalah diatas 90
tahun
2. Jenis Kelamin
a. Pengertian Jenis Kelamin
Menurut
Lukman (2002) jenis kelamin adalah status biologi
yang membedakan antara seseorang pria dan wanita.
b. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Katarak
Kejadian pada wanita lebih tinggi dibandingkan
pada pria karena pada wanita terjadi monopause. Saat itu biasanya ada gangguan
hormonal sehingga ada jaringan-jaringan tubuh yang mudah rusak.
Berdasarkan
hasi penelitian yang dilakukan oleh Framingham eye study (NHANES ) DiPunjab
India ditemukan indikasi bahwa penderita katarak wanita lebih tinggi
dibandingakn laki-laki terutama diatas umur 60 tahun,tetapi belum ada
penjelasan yang mendasari ,mungkin karena umur harapan hidup wanita lebih lama
dibandingkan laki-laki.
3.
Diabetes Melitus
Diabetes melitus dapat mempengaruhi kejernihan
lensa ,indeks refraksi, dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar
gula darah, maka meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh
karena glukosa dari akuos masuk ke dalam
lensa dengan cara difusi ,maka kadar glukosa didalam lensa juga meningkat.
Diabetes melitus dapat mempengaruhi ketajaman
lensa akibat penumpukan zat-zat sisa metabolisme gula oleh sel-sel lensa
mata.Dalam keadaan gula normal penumpukan zat-zat sisa ini tidak terjadi.Bila
kadar gula meningkat , maka perubahan glukosa oleh oldose reduktase menjadi
sarbitol meningkat,selain itu perubahan surbitol menjadi fuktose relatif lambat
dan tidak seimbang sehingga kadar sarbitol dalam lensa mata meningkat.Disusun
suatu hipotesa bahwa sarbitol menaikan tekanan osmose intraseluler dengan
akibat meningkatnya water uptake dan selanjutnya secara langsung maupun tidak
langsung terbentuklah katarak.
4.
Alkohol
Peminum alkohol yang kronis mempunyai resiko
tinggi terkena berbagai penyakit mata, termasuk katarak. Alkohol secara
langsung bekerja pada protein lensa dan secara tidak langsung dengan cara
mempengaruhi penyerapan nutrisi penting pada lensa.
5.
Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar matahari.sinar
ultraviolet yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa
dan kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas
atau sposis oksigen yang bersifat sangat reaktif.Reaksi tersebut akan
mempengaruhi struktur protein lensa ,selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa
yang disebut katarak.
D.
Kerangka Konsep
Kerangka
adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap yang lain
dari masalah yang diteliti, sedangkan konsep adalah suatu abstraksi yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian ( Noto atmodjo 2010 ).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
V.
Independen V.
Dependen
1.
Umur Pasien
2.
Jenis Kelamin
|
Katarak
|
1. proses penuaan
2. Penyakit DM
3. alkohol
4. pekerjaan
|
Keterangan :
: diteliti
: ti dak diteliti
E.
Pertanyaan peneliti
a. Bagaimana gambaran kejadian katarak
ditinjau dari jenis kelamin
b. Bagaimana gambaran katarak ditinjau dari
usia
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Rancangan dan Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian diskriftif yaitu suatu
metode penelitian dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif ( Notoadmojo,2005)
Dalam
penelitian ini peneliti menggambarkan kejadian katarak ditinjau dari umur dan
jenis kelamin pasien diwilayah
kerja puskesmas Air Lais 2011
B. Variabel penelitian
Variabel adalah
suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh kelompok tersebut ( Nursalam ,2009 )
1.
Variabel independent
Variabel independent ( variabel bebas ),pada
penelitian ini adalah gambaran yang
diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependent.dalam penelitian ini
variabel independen adalah gambaran usia dan jenis kelamin yang menyebabkan
katarak.
2.
Variabel dependent
Variabel devendent adalah variabel respon
,berarti ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi satu variabel-variabel
independent. ( Nursalam,2009 ).variabel
devenden dalam penelitian ini adalah katarak.
C. Definisi Operasional
Defenisi operasional
adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena ( Aziz Alimul H.2007 ).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi
operasional
|
Alat Ukur
|
Cara Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
1.
|
Umur
|
Imur pasien saat
mengalami katarak.
|
Cheklist
|
Wawancara
|
0 :40-44 tahun
Lansia
awal
1 :45-59 tahun
Usia pertengahan
2 :60-74 tahun
Lansia tua
3 :75-90 tahun
Usia sangat tua
|
Ordinal
|
2.
|
Jenis Kelamin
|
Tanda biologis yang dimiliki oleh usila yang membedakan pria dan wanita
|
Cheklist
|
Wawancara
|
1 :perempuan
0: laki-laki
|
Nominal
|
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang menderita penyakit katarak pada tahun 2011 di Puskesmas Air Lais yang berjumlah
32 orang.
2. Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi yang di teliti dan dianggap mewakili dari seluruh
populasi. sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah
sampel 32 orang. Tehknik sampling ini berdasarkan teori arikunto
yaitu, bila populasi <100 maka diambil seluruhnya,dan bila populasi > 100
maka diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 %.
E. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian
ini di lakukan dari bulan
maret- juni 2012
2. Tempat
Penelitian
ini di lakukan di puskesmas
Air lais
1. Teknik
pengumpulan data
a. Cara pengumpulan data
Cara
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan format pengumpulan data yaitu
dengan mengambil data sekunder yaitu data yang diperoleh buku register status pasien.
b.
Instrumen
penelitian
Alat yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah format pengumpulan
data Cheklist.
2.Teknik pengolahan data, Analisa dan
Penyajian Data
1. Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah :
a. Editing (mengedit)
Langkah
ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan data yang diperlukan
untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan pengelompokan dan penyusunan data
b. Coding data (pengkodean)
Coding
adalah memberikan kode pada format pengumpulan data
Umur
40-44 : 0
45-59 : 1
60 -74 : 2
75-90 : 3
Jenis Kelamin
Wanita : 0
Pria : 1
c. Tabulasi
Setelah data di
kelompokkan maka dilakukan tabulasi untuk dapat dianalisa dengan menyusun
uraian yang dilengkapi dengan penjelasan dan penyajian dalam bentuk tabel.
2. Analisa data
Data
diolah dengan menggunakan analisa data yaitu data deskriptif dengan distribusi
frekuensi dan persentase(%). Menurut Arikunto (2000) analisa data menggunakan
tabel persentase dengan rumus :
Keterangan :
P : jumlah persentase yang dicari
F : frekuensi
N :
jumlah responden
Noto
Atmojo ( 2002 ),kemudian di interprestasikan cara membaca hasil analisis
sebagai berikut :
a.
0 % : tidak satupun dari responden
b.
1-25
% : sebagian kecil dari
responden
c.
26 – 49
% : hampir sebagian dari responden
d.
50 % : Setengah dari responden
e.
51 – 75
% : sebagian besar dari responden
f.
76 – 99
% : hampir seluruh dari responden
g.
100 % : Seluruh responden
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
- Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara
a) Data Geografi
Kecamatan Padang
Jaya Kabupaten Bengkulu Utara terletak ± 16 Km dari Ibukota
Arga Makmur, memiliki letak Astronomis 2°15’ - 4° LS dan 101°32’ -102°8’ BT, Suhu
berkisar antara 21° s/d 31° . Luas wilayah Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara adalah 178,35 Km2 dengan 8 desa wilayah
kerja Puskesmas Air Lais. Batas Wilayah Kecamatan Padang Jaya, sebelah Utara
berbatasan dengan Hutan LIndung, sebelah Timur dengan Kecamatan Arga Makmur,
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Lais dan Sebelah Barat dengan Kecamatan Giri
Mulya.
b) Data Demografi
Penduduk Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan pendataan di Kecamatan Padang
Jaya Tahun 2011 berjumlah: 26.251 jiwa ,
yang terdiri dari laki-laki 13.755 jiwa ( 52,39 %) jiwa dan perempuan 12.496
jiwa (47,61 %) jiwa dengan jumlah KK sebanyak 7.459 KK.
Dibawah ini dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan umur
di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin Di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Tahaun 2011
NO
|
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
|
JUMLAH PENDUDUK
|
||
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
0
– 4
|
1.243
|
1.288
|
2.531
|
2
|
5
– 14
|
734
|
2.997
|
7.731
|
3
|
15
– 44
|
9.325
|
5.329
|
14.654
|
4
|
45
– 64
|
651
|
2.516
|
3.167
|
5
|
≥
65
|
1.364
|
804
|
2.164
|
JUMLAH
|
13.317
|
12.934
|
26.251
|
Sumber : Data Kecamatan
Padang Jaya Kab.Bengkulu Utara Th. 2011
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang ada di Kecamatan Padang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Air Lais
Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011 sebanyak 26.2521
Orang yang terdiri dari umur 0-4 tahun sebanyak 2.531 orang ,umur 5-14 tahun sebanyak 7.731orang, umur 15-44 sebanyak 14.654 orang, Umur 45-64 tahun
sebanyak 3.167 orang, umur ≥
64 sebanyak 2.164 orang.
Kepadatan penduduk rata-rata di
Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara
dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah Penduduk Tahun 2010
berjumlah 26.051 Jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 146,07 jiwa/Km2,,
Sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar 147,19 jiwa/Km2.
Tabel
4.2
Distribusi
Sarana Kesehatan wilayah Kerja Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011
NO
|
SARANA KESEHATAN
|
JUMLAH
|
1
|
Puskesmas Induk
|
1
|
2
|
Puskesmas Pembantu (Pustu)
|
9
|
3
|
Pos Kesehatan Desa
|
3
|
4
|
Posyandu Balita
|
23
|
5
|
Posyandu Usila
|
23
|
Sumber :
Data Kecamatan Padang Jaya Kab.Bengkulu Utara Th. 2010
Di Kecamatan Padang Jaya ada 1 Puskesmas induk
dan 9 Puskesmas Pembantu (Pustu) serta ada 3 Pos kesehatan desa (Poskesdes).
Selain itu juga didukung dengan adanya 23 posyandu balita dan 23 posyandu
usila. Jumlah penduduk lebih kurang 26.251 jiwa yang
tersebar di seluruh pelosok desa Kecamatan Padang Jaya dengan permasalahan
kesehatan yang sangat kompleks. Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara masih menghadapi permasalahan
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan terutama di pedesaan yang
terpencil.
Partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang
diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu di Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara, mempunyai potensi yang cukup besar ini terlihat
dengan rasio posyandu dengan jumlah desa rata-rata 1 : 1. Berarti disetiap desa
di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu sudah terdapat satu atau dua
Posyandu.
Jumlah
posyandu dengan strata Purnama ada 1 posyandu sedangkan 22 posyandu masih madya
dan tidak ada lagi posyandu tingkat pratama. Belum adanya posyandu dengan
strata mandiri menunjukan tingkat partisipasi masyarakat masih rendah,
masyarakat belum merasakan upaya kesehatan yang merupakan tanggung jawab
masyarakat. Peluang yang ada cukup besar untuk meningkatkan starata posyandu
dari tingkat madya ke purnama dan dari tingkat purnama ke mandiri.
Rasio kader posyandu dengan
jumlah penduduk, masih kecil ini berarti beban seorang kader dalam melakukan
upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat terutama posyandu sangat berat
1) Ketenagaan
Ketenagaan
di Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel
4.3
Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kecamatan Padang Jaya Tahun 2011
NO
|
TENAGA KESEHATAN
|
JUMLAH
|
1
|
Dokter Umum
|
1
|
2
|
Dokter Gigi
|
-
|
3
|
Dokter Spesialis Internist
|
-
|
4
|
Bidan
|
23
|
5
|
Perawat
|
15
|
6
|
Ahli Gizi
|
2
|
7
|
Apoteker
|
-
|
8
|
Akademi Kesehatan Lingkungan
|
1
|
9
|
Sarjana Kesehatan Masyarakat
|
8
|
Sumber
data : Profil Puskesmas Air Lais Tahun
2011
Jumlah
tenaga kesehatan di Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu
Utara Tahun 2010 ini mempunyai tenaga kesehatan yang terdiri dari, 1 Orang
Dokter umum, 23 Orang Bidan, 15 Orang Perawat, 2 Orang Ahli Gizi, 1 Orang
Akademi Kesehatan Lingkungan dan 8 Orang
Sarjana Kesehatan Masyarakat.
B. Hasil Penelitian
1.
Distribusi
Frekuensi Penderita katarak Ditinjau Dari Umur
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
Responden Menurut Umur Pada Pasien Katarak Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Lais
Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012
UMUR
RESPONDEN
|
N
|
%
|
40-44 tahun
|
1
|
1,9
|
45-59 tahun
|
19
|
36,5
|
60-74 tahun
|
27
|
51,9
|
75-90 tahun
|
5
|
9,6
|
Jumlah
|
52
|
100%
|
Tabel 4.9 Menunjukkan
bahwa kejadian katarak yang paling beresiko adalah kelompok umur 60-74 tahun
yaitu sebanyak 27 orang (51,9%) dari 52 orang responden.
2.
Distribusi
Frekuensi Penderita katarak Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi
Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Pasien Katarak Di Wilayah Kerja Puskesmas
Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012
JENIS
KELAMIN
|
N
|
%
|
Laki-laki
|
32
|
61,5
|
Perempuan
|
20
|
38,5
|
Jumlah
|
52
|
100
|
Tabel
4.10 Menunjukkan bahwa kejadian katarak yang paling beresiko adalah laki-laki
yaitu sebanyak 32 orang (61,5%) dari 52 orang responden
C. Pembahasan
1.
Distribusi
Frekuensi Penderita katarak Ditinjau Dari Umur
Berdasarkan hasil penelitian dengan
melakukan pengumpulan data menggunakan checklist diketahui bahwa terdapat 52
orang pasien katarak yang terdiri dari 16 orang pasien belum operasi dan 36
orang pasien post operasi di Wilayah kerja Puskesmas air lais kecamatan padang
jaya kabupaten Bengkulu utara tahun 2012. Katarak adalah suatu keadaan
dimana lensa tidak bisa menerima cahaya dari luar. lensa kristalina yang normalnya
jernih.biasanya terjadi akibat penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (
katarak kongital ). ( Brunner dan Suddarth :KMB vol 3)
Hasil penelitian dengan melakukan
pengumpulan data menggunakan checklist diketahui bahwa kejadian katarak umur
45-59 berjumlah 19 orang (36,5%), umur 60-74 tahun berjumlah 27 (51,9%), dan
75-90 tahun berjumlah 5 orang (9,6%), angka kejadian tertinggi terdapat pada kelompok umur 60-74 tahun yaitu terdapat
27 orang (51,9%) yang terkena penyakit katarak di Wilayah
kerja Puskesmas air lais kecamatan padang jaya kabupaten Bengkulu utara tahun
2012. Hal ini menunjukkan bahwa umur sangat mempengaruhi kejadian katarak sesuai dengan teori (Brunner &
Suddarth) yang mengatakan Katarak biasanya terjadi bilateral,namun mempunyai
kecepatan yang berbeda ,kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang
ketika orang memasuki dekade ke tujuh . Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala
rasa sakit tetapi dapat menggangu penglihatan dari penglihatan kabur sampai
menjadi buta. penyakit katarak di Indonesia banyak
terjadi pada umur di atas 40 tahun padahal sebagai penyakit yang degeneratif buta katarak umumnya terjadi
pada usia lanjut ( SKRT-SURKESNAS 2001). Salah satu teori menyatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi,jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia. Katarak biasanya terjadi bilateral,namun
mempunyai kecepatan yang berbeda,Kebanyakan katarak berkembang secara kronik
dan matang “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.( Brunner &
Suddarth,KMB vol 3).
Di Indonesia ,katarak merupakan penyebab
utama kebutaan prevalensi buta katarak 0,78% dari prevalensi kebutaan 1,5%
pertahun.walaupun katarak merupakan penyakit usia lanjut ,namun 16-20% buta
katarak telah dialami penduduk indonesia pada usia 40-50 tahun,( Badan Biro
Statistik BPS 2004)
2.
Distribusi
Frekuensi Penderita katarak Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Hasil
penelitian dengan melakukan pengumpulan data menggunakan checklist diketahui
bahwa kejadian katarak menurut Jenis Kelamin
terdiri dari 32 orang (61,5%) laki-laki dan 20 orang (38,5%) perempuan. Dari data ini angka kejadian tertinggi
terjadi pada laki-laki. Penelitian ini membuktikan bahwa angka kejadian
penyakit katarak lebih tinggi pada laki-laki dibanding dengan perempuan
sedangkan menurut teori Kejadian pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pada pria karena pada wanita terjadi monopause. Saat itu biasanya
ada gangguan hormonal sehingga ada jaringan-jaringan tubuh yang mudah rusak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Framingham eye study
(NHANES ) DiPunjab India ditemukan indikasi bahwa penderita katarak wanita
lebih tinggi dibandingakan laki-laki terutama diatas umur 60 tahun,tetapi belum
ada penjelasan yang mendasari ,mungkin karena umur harapan hidup wanita lebih
lama dibandingkan laki-laki.
Dan penelitian yang dilakukan oleh Herna Hutasoit di Kabupaten Tapanuli
selatan di temukan indikasi bahawa penderita katarak laki – laki lebih tinggi
dibandingkan wanita terutama diatas umur 60 tahun, hal ini disebabkan oleh
faktor pekerjaan.yaitu laki – laki lebih
cendrung terkena sinar ultraviolet dari pada perempuan,misalnya petani,buruh
bangunan ,dan tukang las.
Berdasarkan
kedua variabel peneitian yaitu umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa
kelompok umur ≥60 tahun adalah kelompok umur yang sangat beresiko terhadap
kejadian penyakit katarak dan jenis kelamin laki-laki merupakan kelompok yang
sangat beresiko terhadap kejadian penyakit katarak dibandingkan dengan wanita.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa gambaran kejadian katarak di tinjau dari umur dan
jenis kelamin di Wilayah
kerja puskesmas Air lais yaitu :
1. Penderita katarak hampir sebagian
besar terjadi pada umur lebih dari 60 tahun sebanyak 27 pasien (51,9).
2. Penderita katarak lebih dari
setengah terjadi pada laki-laki sebanyak 32 pasien (61,5%).
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Untuk Akademik
Diharapkan agar pihak akademik dapat
memperbanyak sumber buku tentang katarak agar peneliti dapat dengan mudah
menguraikan pembahasan pada pasien melalui program penyuluhan kesehatan tentang
perawatan dan pencegahan katarak.
2. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan peneliti lain
dapat melakukan penelitian mengenai apa yang mempengaruhi kurangnya perawatan
pada penderita katarak.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Bersuka citalah
dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa Takkan
ada kebenaran apabila tidak ada kesalahan dan takkan ada kesuksesan apabila
tidak ada kegagalan, dengan demikian janganlah takut salah dan gagal, jadikanlah
kesalahan dan kegagalan itu sebagai pelajaran untuk menentukan langkah yang
baik dimasa depan.
Persembahan :
Setelah melewati waktu yang panjang dan sangat melelahkan
akhirnya cita-cita ku menamatkan studi
di kampus ini tercapai, dengan rasa bangga dan bahagia ini kupersembahkan kepada :
Ayahanda dan
ibunda tercinta.... Harapanmu menambah keyakinan ku, kasih sayangmu
adalah pelita bagi jalan ku, doamu adalah kunci keberhasilan ku dan tetesan
keringatmu untuk keberhasilan ku adalah hal
yang tak terbalas bagiku dalam
menyelesaikan studi ini, ayah ibu
kebahagian ku adalah jika melihat kalian bahagia.
Tuk adek ku Efrizal dofi Anrian, yang selalu menyayangi & memberikan support untuku
sehingga aku bisa tetap bertahan walau beribu rintangan yang ku hadapi tawa canda mu
membuatku semakin berarti dalam menjalani hidup ini.
Malaikat Hati ku yang selalu memberi semangat, dukungan & kasih
sayang diantara kita.
Teman-temanku (Agus
,handoko, David, Edo,Mr.Sany, Evi.k), karena kalian ku tahu arti dari persahabatan dan kebersamaan, Love You Full.
Almamater yang ku banggakan &
teman angkatan V yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu.
888 Casino New Orleans | Mapyro
BalasHapusFind addresses, phone numbers, and reviews for 888 Casino New Orleans in New Orleans, LA. Phone 원주 출장샵 number, 경기도 출장안마 Address, Directions, Phone 계룡 출장샵 Number, 수원 출장샵 Directions, Map 익산 출장샵